Mengajarkan anak-anak mengenai akademik memang adalah hal-hal yang penting. Namun ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu mengajarkan anak-anak mengenai hidup itu sendiri. Bagaimana dengan berhubungan dengan orang lain, memanusiakan manusia, menghargai lingkungan, hidup bermoral, memiliki kematangan emosional, life skill, menjadikan mereka menjadi individu yang lebih bertanggung jawab dan lebih baik.*
Makna dari Education is the art of making man ethical adalah pendidikan adalah jalan membentuk manusia menjadi lebih berpikir. Dengan berpikir, maka manusia menjadi lebih beradab. dengan beradab, manusia menjadi lebih indah.
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu: Ing Ngarso Sung Tuladha: Di depan memberi teladan Ing Madya Mangun Karsa: Di tengah membangun motivasi Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dukungan Sebagai pemimpin pembelajaran, kita sebagai seorang guru harus mampu memberikan keteladanan, motivasi, dan juga dukungan kepada siswa, dan itu pun akan tercermin dalam kemampuan kita dalam kemampuan kita dalam mengambil keputusan yang berdampak kepada anak-anak didik kita.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Di sekolah, kita sebagai seorang guru menjadi teladan oleh anak didik kita, sebagai mana Filosofi Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tuladha. Segala gerak-gerik kita, apa yang kita ucapkan akan direkam oleh anak didik kita dan bahkan akan diikuti. Sehingga, prinsip-prinsip yang kita ambil akan mereka lihat dan juga akan berdampak pula pada mereka.
Tentunya, nilai-nilai diri kita sangat erat kaitannya dengan cara berpikir kita dan berimplementasi terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam mengambil keputusan. Olehnya itu, kita sebagai pemimpin pembelajaran harus terus belajar secara mandiri, selalu merefleksikan tindakan yang telah dilakukan agar terjadi evaluasi yang berkesinambungan, berkolaboratif dengan rekan sesama guru atau berbagai pihak yang dapat mendukung pembelajaran, selalu berinovatif, dan melakukan tindakan yang berpihak kepada peserta didik, serta nilai-nilai kebajikan lainnya.
Dengan memperkaya diri kita dengan nilai-nilai kebajikan, maka kematangan diri dalam mengambil keputusan juga akan terdampak.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?
Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Artinya dalam coaching kita fokus kepada membangun kekuatan yang telah dimiliki oleh coachee, yaitu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh coachee itu sendiri. Dalam menyikapi suatu masalah, coach hanya memfasilitasi. Coach sendirilah yang mencari jalan keluar dari masalahnya. Dari sinilah keputusan-keputusan oleh coachee diambil. Dalam coaching jelas ada tujuan, kemudian identifikasi masalahnya, setelahnya merencanakan aksi, kemudian mempertanggungjawabkan keputusan yang telah kita ambil. Dalam mempertanggungjawabkan tiap keputusan tentunya akan ada refleksi. Dengan senantiasa merefleksikan keputusan yang kita ambil, kemudian mengevaluasinya, sehingga mendorong terwujudnya keputusan-keputusan yang matang untuk selanjutnya.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Dalam mengambil keputusan kita tentunya akan dihadapkan oleh beberapa pilihan. Pilihan yang kita hadapi tak jarang adalah pilihan yang sama-sama benar. Contohnya: ada seorang siswa yang sangat malas ke sekolah karena harus membantu kedua orang tuanya bekerja pada malam hari hingga larut malam. Alasan ketidakhadirannya ke sekolah adalah kelelahan. Selain malas sekolah, siswa tersebut juga tidak semangat untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Secara prosedur, tentu saja nilainya tidak akan mencapai KKM, tapi untuk melarang siswa tersebut untuk tidak membantu orang tuanya hingga larut malam bukan hal yang mudah. Memperkerjakan anak di bawah umur ada aturannya di Indonesia, bukan?
Akan selalu ada dilema etika kita hadapi di sekolah. Baik itu masalah yang berkaitan dengan rekan kerja maupun dengan anak-anak didik kita. Tentunya kematangan sosial emosional sangat berperan di sini, seperti:
- Kemampuan kita dalam memahami diri kita terlebih dahulu (kesadaran diri) agar tidak mudah terbawa emosi
- Kemampuan kita dalam manajemen diri sehingga kita dapat mengendalikan diri agar tujuan kita tercapai.
- Kemampuan kita dalam memahami kondisi orang lain (emosi, fisik, dll), mampu berkomunikasi, berkolaborasi, dan membangun budaya positif (kemampuan kesadaran sosial)
- Kemampuan membangun relasi dengan orang lain, sehingga ornag lain dapat merasa aman dan percaya bahwa kita mampu memutuskan masalah dengan adil.
- Kemampuan keputusan yang bertanggung jawab dimulai dari kemampuan mengidentifikasikan masalah dan mencari solusinya.
Dengan memiliki kelima aspek sosial emosi tersebut, maka akan membantu kta dalam mengambil keputusan.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Nilai–nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai-nilai ini adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh seorang pendidik. Dengan memiliki nilai-nilai kebaikan universal ini, tentu akan sangat membantu dalam mengambil keputusan.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? Perlu diingat bahwa saat kita mengambil keputusan, ada pihak yang kecewa mungkin saja bisa terjadi. Pengambilan keputusan yang tepat, dapat meminimalisir hal itu terjadi. Sehingga dampak positifnya adalah lingkungan menjadi lebih positif, nyamanm aman, dan kondusif.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tantangan yang terjadi di lingkungan saya adalah komunikasi. Tanpa komunikasi yang baik, maka pendapat kedua belah pihak tidak tersampaikan secara utuh sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Belum lagi, jika komunikasi yang kurang itu disusupi dengan pihak lain. Tentunya, hal seperti ini harus diubah. Agar pengambilan keputusan dapat dilakukan secara maksimal, adil, dan lebih bijaksana.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Pengambilan keputusan sangat berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan anak-anak didik kita. Pendidikan adalah menuntun peserta didik untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri mereka. Pada proses menuntun itulah, prinsip-prinsip seorang guru berpengaruh pada seorang peserta didik. Semua keputusan yang diambil oleh seorang guru terhadap peserta didik tentu akan sangat berdampak pada mereka. Keputusan yang diambil, harusnya berpihak pada kebutuhan siswa. Oleh karena itu, kita harus dengan bijak mengambil keputusan agar tidak salah mengambil keputusan sehingga kita peserta didik dapat dituntun sebagaimana fitrahnya masing-masing. Dengan begitu, mereka dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Berkaitan dengan jawaban pada nomor 8, keputusan-keputusan guru dalam mengajar peserta didik sangat mempengaruhi masa depan mereka. Kita dapat mematikan semangat siswa dengan keputusan-keputusan kita yang tidak mempedulikan keadaan anak didik kita.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? Pada modul sebelumnya, kita mempelajari bahwa setiap siswa memiliki karakter unik yang dipengaruhi oleh kodrat alam dan kodrat zaman, serta pentingnya visi dalam mendidik mereka. Dengan menerapkan nilai dan peran guru penggerak, diharapkan tercipta perubahan positif dalam pendidikan, lingkungan belajar yang lebih baik, dan membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Ini melibatkan upaya untuk selalu meningkatkan ilmu, berkolaborasi dengan rekan sejawat, menciptakan budaya belajar yang positif, dan memberikan pembelajaran yang berpihak pada siswa melalui modul ajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka, serta mengajarkan keterampilan sosial dan emosional. Untuk mengoptimalkan usaha tersebut, supervisi akademis diperlukan guna memastikan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid, mendukung pengembangan kompetensi guru, meningkatkan efektivitas belajar-mengajar, dan menciptakan lingkungan pendidikan yang reflektif dan kolaboratif. Untuk mewujudkan visi pendidikan Ki Hajar Dewantara, maka pendekatan pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan menjadi kunci dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada siswa dan berkelanjutan.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Banyak hal baru yang saya dapatkan dari pembelajaran di modul ini. Sebelumnya saya mendapati keragu-raguan dalam diri saya dalam memutuskan suatu hal. Dengan mengetahui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka setidaknya saya memiliki panduan dalam mengambil keputusan. Kemudian pada 4 paradigma pengambilan keputusan saya menyadari bahwa terkadang kita dihadapkan pada pilihan yang keduanya bernilai benar. Untuk menentukan mana yang harus kita pilih, tentu saja ada beberapa langkah yang harus kita lakukan, begitupun dengan 3 prinsip pengambilan keputusan.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? Saya pernah mengambil keputusan dalam posisi dilema etika. Perbedaannya adalah perasaan yang sangat berkecamuk setelah mengambil keputusan tersebut. Pertanyaan “Apakah keputusan yang saya ambil sudah benar?” berulang saya tanyakan meskipun kejadiannya telah lewat. Setelah saya mempelajari modul ini, saya memahami bahwa memang proses dalam pengambilan keputusan tersebut, tapi jika kita berusaha dan terus belajar maka keterampilan kita dalam mengambil keputusan akan terasa.
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Dampaknya adalah saya menjadi lebih memiliki pedoman dalam mengambil keputusan. Didukung dengan materi-materi pada modul-modul sebelumnya yang telah saya pelajari.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Modul ini sangat penting untuk dipelajari. Pengambilan keputusan, terutama jika keputusan itu diambil oleh seorang guru sungguh sangat mempengaruhi anak-anak didik kita. Guru sedang mempersiapkan suatu generasi. Sehingga keputusannya sangat berpengaruh.